Rabu, 09 Maret 2011

resume tentang cara perhitungan pendapatan nasional dihitung menurut harga yang berlaku dan resume tentang cara perhitungan pendapatan nasional dihitung berdasarkan harga tetap


PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran
kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) atau kesejahteraan
pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara
materi bertambah baik posisinya dan demikian pula sebaliknya, tentunya setelah
dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita). Kritik terhadap GNP sebagai
ukuran kesehateraan ekonomi muncul. Para pengkritik
mengatakan bahwa GNP per kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak
sempurna. Sebagai contoh, jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang
mengurangi jam kerja atau mengambah waktu leisure/istirahatnya
tentunya hal itu bukan menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk.
Secara sederhana formulasi konsep MEW:

MEW:C-public expenditures – durable goods consumption – loss of welfare due to pollution,
urbanization and congestion + value or durables actually consumed during the
year + value of non-market services +value of leisure.

Nor dhaus dan Tobin dari Yale bersama-sama dalam tahun 1972 mengajukan konsep MEW (Measure of
Economic Welfare
), tetapi sayang konsep ini tidak berkembang dan sampai
saat ini cenderung masih digunakan GDP riil per kapita sebagai ukuran
kesejahteraan suatu Negara. Berikut ini beberapa
keberatan penggunaan GDP riil per kapita sebagai indikator kesejahteraan suatu
Negara:Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP. Sedangkan produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam GNP.2. GNP juga tidak
menghitung nilai waktu istirahat (leisure time), padahal ini sangat
besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Semakin kaya seseorang akan semakin
menginginkan waktu istirahat.

3.Kejadianburukseperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, padahal kejadian tersebut jelas
mengurangi kesejahteraan.

4.Masalahpolusijuga sering tidak dihitung dalam GNP. Banyak sekali pabrik-pabrik yang dalam
kegiatan produksinya menghasilkan polusi air maupun udara. Ini jelas akan
merusak lingkungan.Bagaimanaekonomi islam mengkritisi perhitungan GDP riil per kapita yang dijadikan sebagai indikator bagi kesejahteraan suatu negara?

Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah panggunaan
parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan
yang sebenar-benarnya, di mana komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam
pengertian falah ini. Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi(nidzom
al-iqtishad
) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia
kepada real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Memang benar bahwa
semua sestem ekonomi baik yang sudah tidak eksis lagi atau telah terkubur oleh
sejarah maupun yang saat ini sedang berada di puncak kejayaannya, bertujuan
untuk menghantarkan kesejahteraan kepada para penganutnya. Namun lebih sering
kesejahteraan itu diwujudkan pada pengingkatan GNP yang tinggi, yang kalau
dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan per capita income yang
tinggi. Jika hanya itu ukurannya, maka kapitalis modern akan mendapat angka
maksimal.Pendapatan perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan.Iahanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficient
condition
. Al-Falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep
Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam, esensi manusia ada pada
ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk ekonomi diarahkan
tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga
memenuhi kebutuhan ruhani di mana ia merupakan esensi manusia.Maka dari itu selain
harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan,
penghitungan pendapatan nasional berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi istrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam
meningkatkan kesejahteraan umat. Pada intinya, ekonomi
Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi
dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam. Setidaknya ada empat
hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional
berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahtraan bisa dilihat secara
lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut adalah: 1. Pendapatan
Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga.
Kendati GNP
dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar, GNP
tidak dapat menjelaskan komposisi dan distribusi nyata dari output per kapita.
Semestinya, penghitungan pendapatan nasional islami harus dapat mengenali
penyebaran alamiah dari output per kapita tersebut, karena dari sinilah
nilai-nilai sosial dan ekonomi Islami bisa musuk. Jika penyebaran pendapatan
individu secara nasional bisa dideteksi secara akurat, maka akan dengan mudah
dikenali seberapa besar rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Barangkali inilah
yang menjelaskan, ketika pemerintahan SBY memberikan Bantuan Tunai Langsung
(BLT) kepada rakyat miskin, terjadi banyak ketidakpuasan, karena daftar yang
nyata dari rakyat yang dikatagorikan miskin sesungguhnya sangat tidak akurat.
Penghitungan dari BPS didasarkan pada survei yang kurang mencermikan kenyataan
sesungguhnya, sementara angka GNP memang tidak dapat digunakan untuk mendeteksi
jumlah penduduk miskin. Demikian pula GNP
tidak mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransaksikan di pasar.
Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak
memasuki di pasar tidak tercatat di dalam GNP. Padahal kenyataan ini sangat
mempengaruhi kesejahtraan individu. Sesengguhnya angka ini bisa diperoleh
melalui satu survei nasional yang menyeluruh. Pendapatan per kapita yang
diperoleh melalui survei demikian, bisa diduga, akan mengahasilakan angka yang
lebih besar ketimbang GNP per kapita. Persoalan lainnya
adalah, di dalam penghitungan GNP konvensional, produksi barang-barang mewah
memiliki bobot yang sama dengan produksi barang-barang kebutuhan pokok.
Maksudnya, produksi beras yang menghasilkan uang Rp 10 juta, sama nilainya
dengan produksi perhiasan emas yang juga menghsilkan Rp 10 juta. Maka untuk
lebih mendekatkan pada ukuran kesejahteraan, ekonomi Islam menyarankan agar
produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang lebih berat ketimbang produksi
barang-barang mewah.

2.
Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi Di Sektor Pedesaaan.
Sangatlah disadari bahwa tidak mudah mengukur secara akurat produksi komoditas subsisten,
namun bagaimanapun juga perlu satu kesepakatan untuk memasukkan angka produksi
komoditas yang dikelola secara subsistem tersebut ke dalam penghitungan
pendaptan nasional. Komoditas subsisten ini, khususnya pangan, sangatlah
penting di negara-negara muslim yang baru dalam beberapa dekade ini masuk dalam
percaturan perekonomian dunia.Satu contoh betapa tidak sempurnanya perkiraan produksi komoditas subsistenini adalah,kita tidak pernah benar-benar dapat mengetahui berapa sesungguhnya pendapatan
masyarakat desa dari sektor subsisten ini. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan, khususnya berkaitan dengan tingkat
kesejahteraan rakyat lapisan bawah yang secara masa memiliki jumlah terbesar. Untuk mengetahui
tingkat produksi komoditas subsisten ini, harus diketahui terlebih dahulu
tingkat harga yang digunakan. Pada umumnya ada dua jenis harga pasar, yakni
harga yang secara nyata diterima petani atau diharapkan akan diterima oleh
petani, dan satu set harga lainnya adalah nilai yang dibayar oleh konsumen di
pasar eceran. Peningkatan produksi pertanian di tingkat rakyat pedesaan,
umumnya justru mencerminkan penurunan harga produk-produk pangan di tangat
konsumen suburban, atau sekaligus mencerminkan peningkatan pendapatan para
pedagang perantara, yang posisinya berada di antara petani dan konsumen. Ketidakmampuan
mendeteksi secara akurat pendapatan dari sektor subsisten ini jelas satu
kelemahan yang harus segera diatasi, karena di sektor inilah bergantung nafkah
dalam jumlah besar, dan di sinilah inti masalah dari distribusi pendatapan.
3.Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi Islami, Kita sudah
melihat bahwa angka rata-rata pendapatan per kapita tidak menyediakan kepada
kita informasi yang cukup untuk mengukur kesejahtraan yang sesugguhnya. Adalah
sangat penting untuk mengekspresikan kebutuhan efektif atau kebutuhan dasar
akan barang dan jasa, sebagai persentase total konsumsi. Hal itu perlu
dilakukan karena kemampuan untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti pangan,
perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, rekreasi dan pelayanan
publik lainnya, sesungguhnya bisa menjadi ukuran bagaimana tingkat kesejahtraan
dari suatu negara atau bangsa. Sungguh menarik
untuk mengkaji apa yang dilakukan Nordhaus dan Tobin dengan Measures for
Economics Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil,
maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi
kepada kesejahtraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwakesejahtraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan
ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada tingkat konsumsinya.Beranjak dari definisi
konsumsi yang ada selama ini, kedua proffesor itu lalu membagi jenis konsumsi
ke dalam tiga katagori:a.
Belanja untuk keperluan publik, seperti membuat jalan, jembatan, jasa polisi
dll. Belanja rumah tangga, seperti membeli TV, mobil, dan barang-barang yang habis
dipakai.
c.. Memperkirakan berkurangnya kesejahtraan sebagai akibat urbanisasi, polusi, dan
kemacetan.Disamping tiga kategori di atas, kedua profesor itu juga mambuat tiga tambahan
pendekatan lagi,yakni:. Memperkirakan nilai jasa dari barang-barang tahan lama yang dikonsumsi selama
setahun.b. Memperkirakan nilai dari perkerjaan-pekerjaan yang dilakukan sendiri, yang
tidak melalui transaksi pasar.

c. Memperkirakan nilai dari rekreasi.Meski MEW ini diukur
dalam konteks barat, konsep ini sebenarnya menyediakan petunjuk-petunjuk yang
berharga untuk memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara islami.
4. Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial
Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.
Kita tahu bahwa
GNP adalah ukuran moneter dan tidak memasukkan transfers payments
seperti sedekah. Namun haruslah disadari, sedekah memiliki peran yang
signifikan di dalam masyarakat islam. Dan ini bukan sekedar pemberian suka rela
kepada orang lain namun merupakan bagian dari kepatuhan dalam menjalankan
kehidupan beragama. Di dalam masyarakat Islam, terdapat satu kewajiban
menyantuni kerabat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Meski tidak gampang
memperoleh datanya, upaya mengukur nilai dari pergerakan semacam ini dapat
menjadi informasi yang sangat bermanfaat untuk mendalami bekerjanya sistem
keamanan sosial yang mengakar di masyarakat islam.
Sejumla hnegara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan transaksi yang didasarkan
pada keinginan untuk melakukan amal kebajikan, memiliki peran lebih penting
dibanding negara barat. Tidak hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan
ekonomi yang diambil alih oleh keluarga maupaun suku, tetapi juga ada begitu
banyak ragam kewajiban santunan di antara anggota keluarga. Tidak semuanya
melibatkan jumlah uang yang besar, karena yang terjadi kadang-kadang hanya merupakan
hibah berupa barang atau jasa yang kecil nilainya. Ada satu kesenjangan keterikatan antara jasa
dan pembayaran, misalnya donasi untuk pemeliharaan masjid, menggaji imam
masjid, kegiatan pedesaan, dll.Adalah penting
untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal shadaqah antar saudara.
Melalai peningkatan pencatatan dan sektor tambahan dari aktivitas ini dapat
dikaji untuk pengambilan keputusan.
Dibanding amal
sedekah yang sering dikeluarkan umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung,
sesungguhnya lebih mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer
yang paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur
pendapatan dari zakat sebagai persentase dari GNP. Pengukuran ini akan sangat
bermanfaat sebagai variabel kebijakan di dalam pengambilan keputusan di bidang
sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari rancangan untuk mengentaskan
kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk mengatasi masalah kemiskinan di
negara-negara muslim kini tengah menjadi agenda negara-negara tersebut.

Pengukuran Pendapatan Nasional Tolok ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan
perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk
nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran
luar negeri. Pendapatan nasional (National Income) adalah merupakan salah satu
tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah
ekonomi makro yang dihada­pi masyarakat sesuatu negara. Dalam menghitung
pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni: 1. Metode
produksi (Production Approach) 2. Metode pendapatan (Income Approach) 3. Metode
pengeluaran (Expenditure Approach) Metode Produksi. Penghitungan pendapatan
nasional dengan metode produksi ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang
dan jasa yang dihasilkan sesuatu masyarakat atau negara dalam satu tahun. Semua
nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Apabila jumlah produk
ke 1 kita tandai dengan Q1, produk ke 2 kita tandai dengan Q2, dan seterusnya
hingga produk ke n kita tandai dengan Qn, sedangkan di lain pihak harga satuan
produk kita tandai dengan P1, harga satuan produk ke 2 kita tandai dengan P2,
dan seterusnya hingga satuan produk ke n yang kita tandai dengan Pn, maka dalam
bentuk persamaan matematika pendekatan produk akan kita dapatkan: NI = P1Q1 +
P2Q-2 + ..... + PnQn atau NI = EMBED Equation.2 yang mempunyai makna bahwa
pendapatan nasional atas dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk
nasional atas dasar harga pasar. Metode Pendapatan. Perhitungan pendapatan
nasional dengan mengunakan metode pendapatan adalah dengan menjumlahkan semua
pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dalam suatu masyarakat atau
negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa p-endapatan dari sewa,
bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya. Angka yang diperoleh dari
penghitungan pendapatan nasinal dengan menggunakan metode ini menunjukkan
besarnya Pendapatan Nasional (National Income = NI). Metode Pengeluaran. Dalam
penghitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran, ad-alah dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni dari rumahtangga,
perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat atau negara
pada periode tertentu. Angka yang diperoleh dari perhitungan ini menunjukkan
besarnya Produk Nasional bruto (Gross National Product = GNP) masyarakat dalam
perekonomian negara tersebut. Ke-tiga cara di atas akan menghasilkan nilai yang
sama. Dengan kata lain, GNP = GNI = GNE. Beberapa bentuk dari istilah
"Pendapatan nasional" Definisi dari pendapatan nasional. * Produk
Nasional Bruto: pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran *
Produk Domestik Bruto: pendapatan nasional yang dihitung secara produksi *
Pendapatan Nasional: pendapatan nasional yang dihitung secara pendapatan Dari
definisi pendapatan nasional, ini berarti walaupun barang- barang yang
diciptakan adalah berbetuk benda, pendapatan nasion­al dihitung dengan
menentukan nilai uang dari berbagai jenis barang dan jasa yang diproduksi oleh
sesuatu perekonomian. Tujuannya untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh
perbe­daan dalam satuan penghitungan. Pendapatan Nasional Menurut Harga yang
Berlaku dan Pendapatan Nasional Riil Dengan adanya perubahan harga yang berlaku
dari satu tahun ke tahun lainnya, maka nilai pendapatan nasional yang dihitung
menurut harga yang berlaku pada tahun di mana barang dan jasa yang dijual ke
pasar tidak selalu mencerminkan perubahan jumlah produksi barang dan jasa yang
sebenarnya terjadi dalam perekonomian. Untuk mengatasinya, haruslah dipastikan
agar nilai-nilai pendapatan nasional yang diperbandingkan tersebut dihitung
menurut harga yang tetap. Yang dimaksud, pendapatan nasional menurut harga
tetap atau pendapatan nasional riil. Sebaliknya adalah pendapatan nasional
menurut harga yang berlaku. Cara yang paling sederhana untuk menentukan
pendapatan nasional riil adalah dengan mendeflasikan nilai pendapatan na­sional
menurut harga yang berlaku, yakni dengan cara menghitung nilai pendapatan
nasional riil dari berbagai tahun dengan mengabaikan pengaruh kenaikan harga
yang terjadi dari tahun ke tahun terhadap kenaikan pendapatan nasional pada
tahun yang bersangkutan dengan menggunakan indeks harga. Salah satu tujuan dari
penghitungan pendapatan nasional adalah untuk mengetahui perkembangan ekonomi
suatu negara, yakni dengan mengetahui pertambahan penda­patan nasional riil
yang terjadi dalam satu tahun tertentu pada sesua­tu negara yang berlaku dari
tahun ke tahun. EMBED Equation.2 EMBED Equation.2 GNPr1 : pendapatan
nasional riil pada tahun yang tingkat perkembangan ekonominya akan ditentukan.
GNPr0 : pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya. G : tingkat
perkembangan ekonomi yang dicapai dinyatakan dalam persentasi dari GNPr0
Pendapatan Nasional dengan Metode Pengeluaran Di negara-negara yang
perekonomiannya sudah sangat maju, menghitung pendapatan nasional dengan cara
pengeluaran adalah cara yang paling penting. Karena dapat memberikan gambaran
mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang telah dicapai. Dalam menghitung nilai
pendapatan nasional menurut metode pengeluaran, kita harus dapat membedakan
antara barang jadi dan barang setengah jadi. Hal ini karena dalam perekonomian
suatu negara sering berlaku keadaan di mana sesuatu barang diproses oleh
beberapa perusahaan sebelum menjadi barang jadi. Berarti suatu barang jadi
mungkin telah beberapa kali diperjual belikan di pasar sebelum selesai
mengalami proses produksi. Apabila semua nilai jualbeli yang terjadi dijumlah­kan
ke dalam pendapatan nasional, maka nilai yang diperoleh akan lebih besar
dibandingkan nilai produksi yang sebenarnya telah diciptakan. Untuk menghindari
hal tersebut, maka yang harus dijum­lahkan di dalam menghitung pendapatan
nasional adalah: (1) nilai barang jadi saja, atau (2) nilai-nilai tambahan yang
diciptakan dalam setiap tingkat proses produksi. Penghitungan pendapatan
nasional dengan metode pengeluaran, membedakan pengeluaran dalam 4 golon­gan,
yaitu: 1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga, yakni pengeluaran yang dilakukan
oleh rumah tangga- rumah tangga atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai perusahaan. 2. Konsumsi pemerintah, yakni pengeluaran yang dilakukan
oleh pemerintah atas barang yang bersifat konsumtif, artinya barang bukan
kepentingan investasi. 3. Pembentukan modal bruto atau investasi bruto, yakni
pengeluaran yang dilakukan oleh para pengusaha guna membeli barang dan modal
untuk mendirikan perusahaan ataupun memperluas perusahaan sendiri. 4. Ekspor
bersih atau ekspor neto, yakni penjualan barang dan jasa yang diproduksikan di
negara yang bersangkutan ke negara lain dikurangi dengan pengeluaran atas
barang dan jasa yang diproduksikan di negara lain oleh penduduk negara
tersebut. Atau dengan kata lain ekspor neto adalah ekspor bruto dikurangi impor
Penggolongan ini sesuai dengan corak analisis makroekonomi, yang juga
membedakan jenis pengeluaran dalam masyarakat seperti yang dilakukan dalam
penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran. Nilai yang diperoleh
dalam perhitungan dinamakan Produk Nasional Bruto (GNP atau Gross National
Product) menurut harga pasar. Ada
juga yang menyebut sebagai pengeluaran atas pendapatan nasional, karena
nilai-nilai yang ditunjukkan dalam penghitungan tersebut menggambarkan berbagai
jenis pengeluaran atas barang dan jasa yang diproduksi di negara itu. Peranan
Berbagai Sektor Dalam Menciptakan Pendapatan Nasional Cara kedua untuk
menghitung pendapatan nasional adalah dengan cara produksi. Nilai pendapatan
nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai-nilai tambahan yang
diciptakan oleh tiap-tiap sektor yang ada dalam perekonomian. Seluruh nilai
tambahan yang diciptakan dalam sesuatu sektor merupakan nilai produksi dari
sektor tersebut yang disumbangkan kepada pendapatan nasion­al. Di samping untuk
menunjukkan besarnya kontribusi dari tiap-tiap sektor ekonomi kepada pendapatan
nasional, penghitungan pendapatan nasional dengan cara produksi dilakukan hanya
dengan menjumlahkan nilai-nilai tambahan yang diciptakan, adalah dengan tujuan
untuk menghindari penghitungan dua kali. Dalam proses produksi barang jadi,
akan menggunakan barang setengah jadi yang dihasilkan oleh industri lain,
artinya output suatu perusahaan menjadi input bagi perusahaan lain. Misalnya
yang termasuk produksi pakaian adalah produksi tukang jahit, produksi kue
dengan produksi terigu dan sebagainya. Sebagai contoh, nilai penjualan dari
seluruh perusahaan yang tergolong dalam industri pakaian adalah sebesar Rp. 3
milyar. Nilai bahan mentah untuk memproduksi barang tersebut sebesar Rp.750
juta, maka nilai pendapatan nasional dari sektor industri pakaina yang dihitung
berdasarkan metode produksi bukan sebesar Rp. 3 milyar, karena di dalamnya
terdapat nilai bahan mentah sebesar Rp.750 juta yang dihitung pada saat
menghitung nilai pendapatan nasional dari sektor industri barang setengah jadi.
Dengan demikian terjadi penghitungan dua kali. Untuk menghindari hal tersebut,
yang dihitung adalah nilai tambah yang diciptakan oleh industri tiap sektor.
Dari contoh di atas nilai tambah yang diciptakan dalam industri pakaian adalah
Rp. 3 milyar dikurangi Rp.750 juta, yakni sebesar Rp. 2 milyar 250 juta. Nilai
tersebut merupakan besarnya sumbangan industri itu kepada pendapatan nasional.
Perbedaan antara Produk Nasional Bruto Menurut Harga Pasar dengan Produk
Domestik Bruto Menurut Harga Faktor Nilai pendapatan nasional yang dihitung
dengan metode penge­luaran biasa disebut dengan Produk Nasional Bruto menurut
harga pasar, se­dangkan dengan metode produksi biasa disebut dengan Produk
Domestik Bruto menurut harga faktor. Faktor yang menyebabkan perbedaan penggu­naan
istilah tersebut adalah: 1. penghitungan pendapatan nasional dengan menggunakan
metode pengeluaran berbagai barang dan jasa yang terma­suk dalam pendapatan
nasional dihitung menurut harga pasar. Dengan cara produksi, nilai produksi
yang diciptakan oleh berbagai sektor dihitung menurut harga faktor (gaji dan
upah, bunga, sewa dsb). 2. perbedaan kedua cara penghitungan pendapatan
nasional tersebut adalah dalam memperlakukan: (i) pendapatan faktor produksi
yang dimiliki negara-negara lain yang digunakan di negara tersebut (ii)
pendapatan yang diperoleh penduduk negara itu dari faktor produksi yang
dimilikinya, yang digunakan oleh negara lain. Perbedaan nilai antara pernyataan
(i) dengan pernyataan (ii) disebut dengan: pendapatan faktor neto dari luar
negeri. Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi, nilai
pendapatan faktor dari luar negeri tidak termasuk dalam nilai pendapatan
nasional, akan tetapi nilai pembayaran pendapa­tan faktor ke luar negeri diperhitungan.
Pendapatan Nasional: Pendapatan dari Faktor Produksi Cara Menggolongkan
Pendapatan Faktor Produksi Pendapatan nasional tidak ditentukan dengan
menghitung dan menjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga serta keuntungan
yang diterima oleh seluruh faktor produksi dalam satu tahun tertentu. Karena
dalam perekonomian terdapat banyak kegia­tan di mana pendapatannya merupakan
gabungan dari gaji atau upah, sewa, bunga dan keuntungan. Penghitungan
pendapatan nasional dengan metode pendapatan, pada umumnya menggolongkan
pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi dengan cara sebagai berikut: 1.
Pendapatan para pekerja, yakni: gaji dan upah. 2. Pendapatan dari usaha
perseorangan (perusahaan perseorangan). 3. Pendapatan dari sewa. 4. Bunga neto,
yakni: seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga pinjaman
konsumsi dan bunga pinjaman pemerintah. 5. Keuntungan perusahaan. Bunga
pinjaman pemerintah dan bunga pinjaman untuk konsumsi tidak dihitung sebagai
bagian dari pendapatan nasional karena dipandang pembayaran bunga yang
diperoleh tersebut bukan­lah bunga yang dibayarkan kepada modal yang dimiliki
oleh masyar­akat dan perusahaan, yang dipinjamkan untuk digunakan dalam
kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pembentukan modal/inves­tasi.
Berdasarkan alasan yang sama bunga yang dibayar oleh konsu­men untuk membeli
barang-barang konsumsi secara cicilan tidak termasuk sebagai bagian dari
pendapatan nasional. Penghitungan Pendapatan Nasional di Indonesia Penghitungan
Menurut Metode Produksi Pendapatan nasional di Indonesia yang dihitung dengan
cara produksi, nilai pendapatan nasional yang diperoleh dinamakan Produk
Domestik Bruto menurut harga pasar. Hal ini berarti di dalam menilai produksi
yang tercipta di tiap-tiap sektor, bukan saja dihitung pembayaran kepada
faktor-faktor produksi yang digunakan, tetapi juga pajak tak langsung yang
dibayar oleh tiap-tiap sek­tor. Penghitungan Menurut Metode Pengeluaran Dengan
penghitungan pendapatan nasional menggunakan metode pengeluar­an, maka dapat
diketahui sekaligus Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto dan Pendapatan
Nasional. Yang terlebih dahulu diperoleh adalah Produk Domestik Bruto. Dalam
penghitungan pendapatan nasional Indonesia dan beberapa negara
berkem­bang lainnya, dari penjumlahan berbagai jenis pengeluaran dalam
masyarakat yang kemudian dikurangi dengan impor diperoleh Produk Domestik Bruto
menurut harga pasar. Untuk memperoleh Produk Nasional Bruto, maka Produk Domes­tik
Bruto harus ditambah dengan pendapatan faktor bersih dari luar negeri. Apabila
Produk Nasional Bruto dikurangi pajak tak langsung neto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi) dan penyusutan nilai, maka akan diperoleh Pendapatan
Nasional. Meskipun penghitungan pendapatan nasional dengan metode pendapatan
tidak dilakukan di Indonesi, namun nilai pendapatan nasional ma

keanekaragaman hayati hewan


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Jenis mahluk hidup yang dapat dijumpai dilingkungan kita beranekaragam. Berbagai jenis hewan misalnya kucing, anjing, ayam, burung, serangga, dll. Dan juga berbagai jenis tumbuhan misalnya jambu, mangga, jeruk, rerumputan, yang semua itu hidup disekitar kita. Setiap jenis mahluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman mahluk hidup atau sering disebut dengan keanekaragaman hayati.
             Mahluk hidup yang sejenis dalam species yang sama memilik ciri yang sama.  Misalnya ayam di indonesia dengan ayam di negara lain memiliki ciri yang sama. Jadi didalam species yang sama terdapat keseragaman ciri mahluk hidup sedangkan antar species berbeda terdapat keanekaragaman.
 Didalam berbagai lingkungan dapat kita jumpai keanekaragaman mahluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah, warna, dan sifat-sifat lain dari mahluk hidup. Setiap lingkungan mempunyai keanekaragaman hayati masing-masing. Keanekaragaman hayati ditunjukan antara lain oleh adanya variasi bentuk, ukuran, jumlah, dan warna. Keanekaragaman makluk hidup yang banyak ditumbuhi pohon berbeda dengan keanekaragaman mahluk hidup pada lingkungan tanah lapang terbuka.
                                                                                                                                             
1.2. Perumusan Masalah

            Keanekaragaman hayati di dalam ekosistem sangat  penting dalam menjaga kestabilan ekosistem.  Jika keanekaragaman hayati  tinggi, ekosistem menjadi mantap. Menurunnya keanekaragaman hayati mengakibatkan ekosistem menjadi tidak mantap dan juga menimbulkan masalah lingkungan. Perusakan habitat, penggunaan pestisida, pencemaran, perubahan tipe tumbuhan, penebangan, yang semua itu menjadi masalah besar yang harus kita benahi demi meningkatkan keanekaragaman hayati.

Permasalahan yang sering terjadi yaitu  dampak kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati. Kegiatan manusia berdampak negatif bagi kelangsungan hidup hewan dan juga tumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa diantaranya telah punah. Misalnya di indonesia sendiri kita telah kehilangan beberapa satwa penting diantaranya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan termasuk trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air yang sudah tidak lagi ditemukan dilingkungan kita.       

1.3. Tujuan dan Manfaat
 Adapun  tujuan dalam keanekaragaman hayati yaitu :
  1. Mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan dan hewan dilingkungan sekitar;
  2. mengidentifikasi manfaat atau kemungkinan manfaat tumbuhan dan hewan dilingkungan sekitar.
 Sedangkan manfaat keanekaragaman hayati adalah
  1. Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan;
  2. Sebagai sumber pendapatan;
  3. Menjadikan keindahan alam
                                                                                                                                         
II.HASIL DAN PEMBAHASAN

                          Keanekaragaman Hayati Flora di indonesia
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedan dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman yang tinggi di indonesia dapat dijumpai didalam lingkungan hujan tropik. Jika dihutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis pohon maka didalam areal yang sama di dalam hutan hujan tropik dijumpai sekitar 300 jenis species. Artinya hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar di bandingkan dengan hutan iklim sedang.
 Hutan tropik merupakan gudang dari keanekaragaman mahluk hidup yang harus dilestarikan demi pemanfaatanya di masa yang akan datang. Setiap sistem lingkungan mempunyai keanekaragaman hayati yang berbeda keanekaragaman hayati ditunjukan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup. Tumbuhan flora di indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, flora indo malaya meliputi tumbuhan yang hidup di indian, vietnam, thailand, malaysia, indonesia, dan philipina. Flora yang tumbuh di malaysia, indonesia dan philipina sering di sebut sebagai kelompok flora malesiana. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi iklim yang serupa ketinggian dan topografi yang serupa, dan juga kondisi fisika dan kimia tanah yang serupa pula.
 Hutan di indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari sepuluh species tumbuhan dibumi.
 Hutan hujan tropik di malesiana di dominasi oleh pohon dari family diptericarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Bisanya dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk dipterocarpacae ini misalnya keruing, meranti, kayu garu, dan kayu kapur.
 Hutan di indonesia merupakan bioma hutan hujan tropik dicirikan dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana atau memanjat. Tumbuhan khas seperti durian, mangga, dan sukun di indonesia tersebar di pulau sumatra, kalimantan, jawa, dan sulawesi. Tumbuhan-tumbuhan ini juga terdapat di malaysia dan filipina. Di sumatra dan, kalimantan dan jawa terdapat tumbuhan endemik raflesia arnoldii. Tumbuhan raflesia tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar yaitu tetrastigma.
   Di indonesia bagian timur tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari sulawesi sampai irian jaya terdapat hutan hujan non-dipterocarpaceae. Hutan ini kebanyakan menduduki lahan datar. Pohon-pohonnanya rendah, hanya beberapa yang mencapai 30 – 40 m. Diantaranya adalah ficus atau kerabat beringin dan matoa. Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di irian. Namun kini bibit buahnya telah diintroduksi ke beberapa tempat di pulau jawadan telah berubah.
              Sebelum hutan-hutan di atas di indonesia masih terdapat beberapa tipe hutan lain. Misalnya hutan kerangas yang terdapat di sela-sela hutan. Di sini terdapat pohon yang mencapai 30 m. Hutan monsun tersebar pada ketinggian 0 – 800 mdi daerah kering seperti jawa timur, NTT, Sulawesi selatan, dan tenggara serta di irian jaya. Disini pohon dapat mencapai ketinggian 25 m. Di tempat-tempat tersebut terdapat pula hutan savana, yang berupa padang rumput dengan pepohonan yang terpencar.
            Di indonesia banyak terdapat tumbuhan yang telah langka misalnya bedali, putat, kepuh, bungur, nagka celeng, kluwak, bendo, mundu, sawo kecik, winong, bayur, gandaria, matoa, sukun berbiji. Selain itu juga terdapat tubuhan yang endemik artinya tumbuhan yang terdapat di indonesia saja tidak ditemukan dinegara lain. Tumbuhan yang endemik terutama dari genus raflesia misalnya raflesia arnoldii ( endemik disumatera barat, bengkulu, aceh)
 2.2. Keanekaragaman Hayati Flora di dunia
            Kehadiran mahluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat di ukur dan tidak habis jika di gunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang dapat habis ketersediaannya bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
             Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan dibumi. Jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi menentukan penyebaran mahluk hidup. Karena permukaan bumi bulat maka setiap tempat dipermukaan bumi mendapatkan sinar matahari dengan jumlah yang berbeda-beda. Akibatnya suhu dari berbagai tempat dipermukaan bumi berbeda-beda. Faktor lingkungan penting yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran organisme adalah suhu. Variasi dilingkungan menentukan proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme. Variasi suhu bersifat klisisk misalnya musiman dan harian. Hal ini berkaitan letak tempat garis lintang atau ketinggian dipermukaan laut. Variasi suhu yang berdasarkan garis lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi terhadap matahari. Interaksi antara suhu, kelembaban, angin, altitudinal,latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma.setiap bioma memiliki tumbuhan yang khas. Beberapa bioma dibumi antaralain hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
       Daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi adalah daerah litoral dan daerah neritik. Karena banyak cahaya matahari. Didaerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut. Kehidupan manusia sangat tergantung pada Keanekaragaman hayati karena dapat dijadikan sumber pendapatan misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri cosmeyik. Teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai, untuk industri makanan dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanilii, cabai, bumbu dapur. Dan perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.
            Tumbuhan yang saat ini belum diketahui tidak perlu dimusnahkan karena mungkin saja dimasa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Sebagai contoh tanaman mimba, dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadirakthin yang memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri. Inilah salah satu manfaat dari keanekaragaman hayati karena di hutan atau dilingkungan kita masih terdapat tumbuhan yang belum dibididayakanyang artinya mungkin memilik sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya hutan merupakan sumber plasma nutfah siapa tahu kelak bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
        Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan manusia keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing – masing organisme memiliki peranan di dalam ekosistemnya yang tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain.
        Tumbuh-tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selainitu tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mecegah terjadinya erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul untuk dimanfaatkan dikemudian hari.                                                                                       
2.3.       Manfaat Keanekaragaman Hayati Flora Bagi Masyarakat

Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara berkelanjutan. Yang dimaksud dengan manfaat berkelanjutan adalah manfaat yang tidak hanya untuk  generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
       Manfaat Keanekaragaman Hayati Flora Bagi Masyarakat
1.      Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan;
2.      Sebagai sumber pendapatan;
3.      Sebagai sumber plasma nutfat;
4.      Manfaat ekologi;
5.      Manfaat keilmuan;
6.      Manfaat keindahan.
 Kini kita sadari begitu banyak manfaat dari keanekaragaman hayati dalam hidup kita. Pemanfaatan yang begitu banyak dan beragam tentu saja dapat mengancam kelestariannya. Untuk itu kita harus bijaksana dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek kelestariannya. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan misalnya bakteri dan jamur. Perlu dingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya tumbuhan berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan paku-pakuan.
 keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Konversi keanekaragaman hayati sudah menjadi kesepakatan internasional. Di indonesia tempat perlindungan keanekaragaman hayati telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya taman nasional, cagar alam, hutan wisata, taman hutan raya, taman laut, wana wisata, hutan lindung dan kebun raya. tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi. Selain tempat-tempat yang telah disebutkan di atas yang memang di tetapkan oleh pemerintah sebagai tempat konservasi, sebenarnya masyarakatpun dapat berpartisipasi masyarakat dalam pelestarian keanekaragaman hayati misalnya:
  1. memperkaya koleksi tanaman dipekarangan rumah.
  2. tidak membunuh burung dan hewan-hewan lainnya.
  3. tidak membuang limbah sembarangan terutama limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan limbah pestisida karena dapat membahayakan kehidupan flora.

Salah satu contoh flora yang harus kita lindungi yaitu Bunga bangkai, karena bunga bangkai termasuk salah satu jenis tumbuhan langka, daerah persebarannya meliputi bengkulu, sumatera selatan, sumatera barat, dan lampung. Daerah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi adalah daerah litoral dan daerah neritik. Karena banyak cahaya matahari. Didaerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut. Kehidupan manusia sangat tergantung pada Keanekaragaman hayati karena dapat dijadikan sumber pendapatan misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk industri cosmeyik. Teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai, untuk industri makanan dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah misalnya lada, vanilii, cabai, bumbu dapur. Dan perkebunan misalnya kelapa sawit dan karet.
             Tumbuhan yang saat ini belum diketahui tidak perlu dimusnahkan karena mungkin saja dimasa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Sebagai contoh tanaman mimba, dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadirakthin yang memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri. Inilah salah satu manfaat dari keanekaragaman hayati karena di hutan atau dilingkungan kita masih terdapat tumbuhan yang belum dibididayakanyang artinya mungkin memilik sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya hutan merupakan sumber plasma nutfah siapa tahu kelak bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Kehadiran mahluk hidup ditentukan oleh faktor lingkungan.
  Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat di ukur dan tidak habis jika di gunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber daya adalah faktor lingkungan yang dapat habis ketersediaannya bila sudah digunakan, misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal). Didalam berbagai lingkungan dapat kita jumpai keanekaragaman mahluk hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, ukuran, jumlah, warna, dan sifat-sifat lain dari mahluk hidup. Setiap lingkungan mempunyai keanekaragaman hayati masing-masing. Keanekaragaman hayati ditunjukan antara lain oleh adanya variasi bentuk, ukuran, jumlah, dan warna. Keanekaragaman makluk hidup yang banyak ditumbuhi pohon berbeda dengan keanekaragaman mahluk hidup pada lingkungan tanah lapang terbuka. Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan cara in situ dan ex situ. Menurunnya keanekaragaman hayati dapat mengakibatkan masalah lingkungan misalnya penebangan hutan dapat mengakibatkan banjir, selain itu juga dapat menurunkan populasi predator sehingga meningkatkan populasi hewan yang dimangsa. Hal tersebut dapat menggagu keseimbangan lingkungan. Interaksi antara keanekaragaman hayati dengan lingkungannya membentuk keanekaragaman ekosistem, misalnya ekosistem hutan bakau, ekosistem hujan tropik, ekosistem padang rumpu, ekosistem sawah, ekosistem air laut, dan sebagainya. Setiap ekosistem tersebut memiliki ciri tersendiri.
           
III. KESIMPULAN DAN SARAN

            Kesimpulan
dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.      Keanekaragaman hayati memantapkan ekosistem, menurunya keanekaragaman
hayati mengakibatkan ekosistem menjadi tidak mantap serta dapat 
mengakibatkan masalah lingkungan.
2.      setiap sistem lingkungan mempunyai keanekaragaman hayati yang berbeda-beda


            Saran
  1. manusia sebagai salah satu makhluk hidup di muka bumi hendaknya berpikir panjang dalam mengambil suatu tindakan yang dapat merugikan diri, kita semua, dan alam semesta yang mempunyai beragam keindahan.
  2. pemerintah hendaknya bergerak lebih cepat lagi dalam menanggulangi masalah-masalah alam seperti penebangan hutan secara liar yang konsekuensinya kepada masyarakat.





IV. DAFTAR PUSTAKA

Depertemen pendidikan nasional, 2003. kurikulum 2004. standar kompetensi sekolah
         menegah atas dan madrasah aliyah, mata pelajaran biologi.